Dan aku hanya bisa menatap nanar. Dari balik bening-agak-berdebunya kaca. Melihat sang pelanjut mimpi. Mimpi mereka, bukan mimpiku. Punyaku sudah ada di dalam. Di dasar kedukan tanah, yang dalam. Lagi-lagi yang kupunya hanyalah sebatas tatapan nanar.
No comments:
Post a Comment