Monday, June 6, 2011

Menang Melayang

Ini tulisan yang bikin bapak. Monggo dibaca :)
-----
SMP dan SMU di Kodya Jogja menetapkan kuota yang kecil bagi calon siswa dari luar kodya, sehingga persaingan antar siswa luar kodya menjadi sangat ketat bila ingin sekolah di Kodya. Banyak orang tua yang “memindahkan” anak-anaknya ke kodya. Pemindahan ini lebih bersfat administratif. Anak-anak tetap tinggal di rumah orang tua di luar kodya, tetapi si anak punya status sebagai penduduk kodya nempel di Kartu Keluarga saudara atau kenalan. Ada yang setuju dengan “strategi” ini, juga ada yang menentang “penipuan” ini.

Golongan yang setuju mempunyai banyak argumentasi yang “masuk akal” dengan kata kunci “strategi”. Hanya orang bodoh yang tidak mempunyai “strategi”.

Golongan yang tidak setuju juga mempunyai banyak argumentasi yang “masuk akal”, dengan kata kunci “penipuan”. Hanya orang licik yang tidak bisa merasakan adanya “penipuan “ ini.

Saya teringat komik yang saya baca sewaktu SD entah kelas berapa. Pada suatu fase Perang Baratayuda, Pandawa sangat terdesak dan hampir dikalahkan Kurawa yang dipimpin oleh senopati perang yang hebat yaitu Pendeta Durna. Melihat situasi yang genting, Kresna, arsitek perang Pendawa, membuat strategi agar Pendeta Durna tidak menjadi senopati perang. Hanya ada satu cara, yaitu jika anak kesayangan Pendeta Durna yang bernama Aswatomo dibunuh maka Pendeta Durna akan tidak punya semangat hidup lagi dan mengundurkan diri dari arena perang Baratayuda. Akan tetapi keberadaan Aswatomo tidak diketahui. Kresna menyusun strategi dengan mengisukan bahwa Aswatomo telah mati. Sesuai strategi, Bima, Arjuna, Nakula, Sadewa akan berbohong dengan menjawab Aswatomo mati ketika ditanya Pendeta Durna. Hanya Puntadewa yang tidak bersedia. Kresna kemudian membunuh seekor gajah bernama Surotomo. Atas bujukan Kresna, Puntadewa bersedia menjawab “Suratomo mati” dengan cara mengucapkan “Sura” sangat pelan nyaris tidak terdengar dan “tomo mati” dengan suara yang keras. Isu Aswatomo mati sampai ke telinga Pendeta Durna. Masih tidak percaya dengan jawaban Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa, maka bertanyalah ke Puntadewa. Sesuai strategi Kresna, jawaban Puntadewa dari atas kereta perang, “Suratomo mati” difahami Pendeta Durna sebagai “Aswatomo mati”. Roda kereta perang yang dinaiki Puntadewa selalu melayang, tidak pernah menyentuh tanah karena Puntadewa belum pernah bohong seumur hidupnya. Akan tetapi, sesaat setelah Puntadewa menjawab “Surotomo mati” dan memang gajah bernama Surotomo telah mati, roda kereta Puntadewa menyentuh tanah.

Perang Baratayuda dimenangkan Pendawa, tetapi kereta Puntadewa tidak lagi melayang.

Saya sudah mencari komik yang Pendawa menang dan kereta Puntadewa tetap melayang, tapi saya belum menemukan, mungkin belum terbit :)

-----

:) :) :)

No comments:

Post a Comment