Friday, October 8, 2010

Balada Trans Jogja Malam Hari

Bukan kok, bukan berjalan tanpa arah. Sekarang ada arahnya. Shelter. Aku mau pulang, Aku capek. Gila saja berita-berita tidak mengenakkan sliweran sepanjang hari. Jlab jleb jlab jleb nusuk hati.

Oranye. Bagus lampunya. Dalam bis (cukup) dingin. Jaket coklat tebal sangat membantu. Bingung mau duduk di mana. Bimbang. Haha, padahal ini bukan masalah hidup dan mati, hanya tempat duduk menuju rumah saja. Akhirnya pojok belakang kiri seperti biasa. Pemandangan luar sungguh mengenakkan. Lampu-lampu oranye mengembangkan hati. Yah, memang mataku sebenarnya tak melihat apa-apa. Hanya mengulang lagu yang tiba-tiba saja ngiung ngiung di otak. Lalala~

Drrrt Drrrt. He was text me up. She was text me up. Well matched ? semoga benar terjadi ? amin

Tapi sungguh sebuah simalakama ketika otak mengirim impuls ke perasaanmu, matamu, dan jantungmu bersamaan. Ketika darahmu berdesir dan jantungmu bekerja lebih keras lagi, ketika perasaanmu sungguh tak karuan, ketika matamu sudah tak sanggup lagi tampung air mata, dan ketika semua terjadi bersamaan di sebuah tempat umum. Trans jogja.

Hanya berteman dingin dan jaket usang yang (untungnya) tebal. Tas tergeletak di bangku sebelah. Memandangi apa yang terjadi di luar sana. Mencoba untuk menahan segala emosi yang bergejolak dalam hati. Wow, susahnya. Malam hari pula. Sungguh ketidakberuntungan yang berlipat ganda.

Tes. Jatuh. Apanya? Air matanya. Kembali berdesir. Otak mengirim lagi pasukannya, perintahkan tangan usap semuanya. Jangan ada yang lihat. Jangan ada yang tau. Jangan sampai orang lain berfikir “Ih, siswi SMP pulang malam menangis pula” what the…

Sampai.
Lega.
Menunggu.
Tak kunjung datang.
Telpon di genggaman sepi sudah.
Tanpa getaran.
Datang.
Rode motorcycle went to home. Arrived. Open up bed room’s door. Gave a hug for Macan.
Tired.

-bunga-

No comments:

Post a Comment